0 komentar

Perjuangan Menulis Skripsi (dari secarik kertas kumuh sampai hardcover ungu) Part I

Skripsi....
tentu setiap mahasiswa punya kisahnya masing-masing...
kalau kata mereka, karena setiap kita punya kisah, maka buatlah kisahmu seunik mungkin... ingat seunik mungkin... bukan sekonyol mungkin atau seberbahaya mungkin.... 

Disini saya akan menceritakan sedikit kisah perjuangan saya dalam menulis skripsi... saya awali kisah ini dengan sebuah motivasi besar... yaitu, saya hanya ingin ketika nanti diwisuda, mama harus duduk di kursi spesial, dikursi tempat para orang tua yang anak-anaknya lulus dengan predikat cumlaude, terus mama bisa tersenyum lebar, dengan mata-mata berkaca-kaca, ketika nama anaknya dipanggil oleh dekan lewat pengeras suara "Zul Azmi, Lulus dengan predikat Cumlaude"... dan masih dari kursinya mama bisa bilang, itu anak saya... tidak salah lagi, itu adalah anak saya....

Yah, begitulah motivasi besar saya dalam menuliskan skripsi, maka semua persiapan, arahan, petunjuk, dan caranya harus mengarah kepada motivasi tersebut, mulai dari pembatalan seminar di semester 7, karena masih ingin menikmati masa-masa kuliah, target sidang di semester 9, supaya matang hasil skripsinya (orang bilang telat, saya bilang terukur... toh syarat cumlaude juga masih bisa sampai semester IX), sehingga bisa dapat nilai sempurna A, iya, penentu cumlaude atau tidaknya saya waktu itu adalah nilai Skripsi tersebut.

Ternyata menulis skripsi itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, sepertinya sesulit membalikkan telapak kaki, coba aja lu bayangin gimana caranya membalikkan telapak kaki... iya beneran, perjalanan saya dalam menulis skripsi tidak mudah kawan. mulai dari tidak kebagian pembimbing, kok bisa? Jadi secara tiba-tiba kampus kami menerapkan aturan baru bahwa setiap dosen maksimal hanya boleh membimbing 5 orang mahasiswa, sementara saya mahasiswa ke-6 dalam kelompok penelitian itu, terpaksa saya harus luntang lantung mencari pembimbing lain... (ilustrasi: kasihani saya pak, kasihani saya bu', saya sudah 3 bulan, 3 minggu, 3 hari, 3 malam, belum dapat pembimbing...). setelah pencerian yang panjang akhirnya ada dua dosen yang mau menerima saya, dialah Dr. Ummu dan drh. Dian, bimbingan mereka menyadarkan saya tentang satu hal, "jika bisa dipermudah, mengapa harus dipersulit...". berkat prinsip ini, yang tetap dipegang teguh oleh dua dosen saya ini, maka saya tidak pernah kesulitan untuk bimbingan, sampai sini semuanya berjalan mudah, bahkan sangat mudah, sebelum tiba-tiba kejadian itu harus menunda saya naik seminar proposal, tidak tanggung-tanggung, tertunda 1 bulan... ketika itu hari sudah mulai sore, matahari mulai lengser ke arah barat, ketika saya berjalan masuk ke perpustakaan unsyiah buat mengutip beberapa jurnal, berhubung tas tidak boleh dibawa masuk, maka sayapun menitipkannya di tempat penitipan tas, naasnya saya juga meninggalkan laptop (jantung utama skripsi) didalam tas, bukan lupa kawan, bukan juga sengaja, tetapi hanya "sepele", menganggap semuanya akan baik-baik saja, saya lupa bahwa saya dulu sering mengatakan "bukan hal-hal besar yang menjatuhkan kita, namun hal sepela lah yang sering membuat kita jatuh bahkan terpuruk...ingat ini", dan hari itu aku melupakannya... hasilnya? sudah jelas, hanya butuh waktu 15 menit untuk memutar balik keadaan, tiba-tiba saja jurnal-jurnal ditangan yang baru saja saya copy menjadi tidak berarti... laptop saya hilang...

to be continued...
Read More..
0 komentar

Semua Berawal Dari Mimpi... Begitu kata kami para pemimpi...

kali ini saya mencoba untuk menulis serius, dengan mimik yang serius, aura wajah yang serius, dan sentuhan pada tuts keyboard yang juga serius, terlebih lagi jika harus menyentuh huruf A ataupun N, nggak tahu kenapa jadi semngat-semangat gitu... mau tahu kenapa? kita tanyak gali lobang... eh bukan gali leo maksudnya... 

mungkin masih teringat dalam benak kita beberapa waktu yang lalu, bondan berteriak dengan lantang di dalam sebuah lagunya yaitu "semua berawal dari mimpi"... adapun hal tersebut memang benar adanya, benar, benar dan benar, walaupun kebenaran ini tidak bersifat hakiki, karena seperti kata einstein bahwa semua ini bersifat relatif sekalipun dapat dihitung dengan ilmu pasti... right...

yah, intinya begitulah, bahwa semua berawal dari mimpi, apapun, siapapun, atau sebesar apapun cita-cita kita, maka mulailah dengan memimpikannya, kemudian menulis mimpi tersebut di atas secarik kertas maybe, kemudian kalau mau lebih ekstrem lagi, tempelin tuh kertas di dinding kamar, biar tiap hari kita bisa ngelihatin terus tuh mimpi, kalau kata donny dibukunya, "gantungkan mimpimu 5 cm saja diatas kepalamu, agar kamu bisa terus melihatnya", namun yang terpenting dan harus digaris bawahi adalah ketika mimpi tersebut sudah anda tuliskan anda harus persiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut mimpi tersebut... jangan seperti saya... (iya beneran, nih pelajaran banget buat saya...)

nah, sebenarnya inti dari mukaddimah ini adalah saya hendak menceritakan dua mimpi saya yang baru saja menjadi kenyataan, jadi, beberapa waktu yang lalu, sekitar awal tahun 2011, bayangkan kawan hampir 2 tahun yang lalu, saya menuliskan mimpi saya secara sekonyong-konyong (ini yang sedikit saya sesali...) di secarik kertas, kemudian menyimpannya... nah beberapa hari yang lalu dan hari ini, dua dari sekian mimpi yang saya tulis menjadi kenyataan, mimpi pertama adalah satu panggung dengan Izzatul Islam, dan mimpi kedua adalah seminar internasional, bonusnya malah jadi presenter paper ilmiah di seminar ini... alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang selalu mendengar mimpi hamba-hambanya, kalau kata Aray, "bermimpilah, maka tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu. 

Izzatul islam, beneran, saya menuliskannya dengan sengasal-ngasalnya, sebab saya tidak memikirkan kemungkinan bagaimana yang akan mengakibatkan saya bisa satu panggung dengan Izzatul islam, tim Nasyid yang lebih sering dikenal dengan nama singkatannya "Izzis". tiba-tiba sekonyong-konyong dapat kabar dari KNRP, kami diizinkan tampil di konser palestina yang notabenenya dibintang tamui oleh Izzatul islam, bonusnya panggung ini juga di pakai oleh sulis dan fadly "Padi", itulah mimpi... dari dulu misterinya tiada bisa kita mengerti...

Annual International Conference (AIC), acara dimana mimpi saya menjadi kenyataan... 

selamat datang mimpi-mimpi berikutnya...
kali ini saya akan mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh...
termasuk mimpi "Nikah Muda..." alahai... keceplosan... Amin... doakan ya... doakan ya... 



Read More..
0 komentar

Nikmatnya menulis itu serasa makan coklat...


menulis itu ternyata nikmatnya serasa makan coklat, 

beneran loh...
kagak percaya? nih, saya ilustrasikan...
ketika lagi mikir milih-milih judul... serasa berdiri di swalayan ternama, tepat di depan barisan rak coklat... lagi sibuk milih yang mana yang paling seru... toblerone, silverqueen, bengbeng, top,... baiklah coklat ayam saja, gope'an juga dapat 2, hehehe.... asyik...

kemudian nikmatnya nulis itu juga muncul diparagraf pertama, wuih, persis seperti nikmatnya gigitan pertama pada coklat berkelas... tastenya, butiran gulanya, aromanya, kacang medenya, caramelnya, wuih...

perasaan coklat ayam nggak kayak gitu lah zul... hehe... terus saya harus suruh tantowi jadi tantowow gitu, yah g' usah lah zul. lagian mas jokowi juga g'mau jadi jokowow gitu... halah ngasal... jangan-jangan ini efek fly dari coklat ayam yah, jadi agak-agak ngasal gitu... halah perasaan kamu asal nulis emang ngasal melulu... okok... yang penting coklat ayam nih kgak bisa nularin flu burung kan... ok end...

selanjutnya nikmatnya menulis itu juga berasa diendingnya....wuih... yang ini lebih berasa lagi kawan... berasa.... berasa... berasa makan bungkusan tuh coklat... kresek-kresek gitu... bukan krenyes-krenyes... lah iya... wong yang dimakan plastik... 

begitulah sedikit pernak-pernik nikmatnya menulis... sesibuk apapun, seganteng apapun, atau sejelek apapun kita hari ini, sempatkanlah diri untuk menulis, walaupun sebatas status Facebook atau Tweeter... yang jelas jangan yang galau-galau... survey membuktikan banyak ayam-ayam yang mati didesa sebelah, setelah mengetikkan status di facebooknya begini "sepertinya malam ini guee galau berat yah, soalnya besok pagi mau di bawa kepasar daging... " 
hehehe...

ok well, sampai jumpa di stasiun ngasal berikutnya... 
Read More..
0 komentar

Fenomena Sapi Kurban... bab curhat...

Jadi...
sengaja saya mengawali tulisan ini dengan kata "jadi" agar terlihat sedikit serius, yah soalnya ini bagian dari rekonstruksi image... secara hampir 90% tulisan saya itu trend imagenya ngasal bin kelayapan entah kemana-mana, tiba-tiba muncul lagi tanpa alasan yang jelas... 
ok stop ini babnya serius...

10 zulhijjah kemarin, hari raya kurban, kebetulan saya dapat ajakan dari dinas setempat buat ikut pengawasan dan pemeriksaan hewan kurban, menarik kawan, menarik... jarang-jarang loh, setahun juga 12 bulan, dan sebulan juga 4 minggu, apa lagi seminggu, tetaplah 7 hari...

yah walaupun sampai disitu cuma ngelihatin sapi-sapi diiketin kakinya, trus di smack sampai down, kemudian di palangin kayu di kaki, trus diinjek, kebayang g' lu gimana keadaan tuh sapi, sakit kawan, sakit, coba deh kalian bayangin, udah diiket2, kemudian di smack sampai down,  dipalangin kayu dan diinjak... sakit gak, nah begitu lah keadaan tuh sapi-sapi...

ketika sedang miris-mirisnya saya ngelihat tuh sapi, tiba-tiba terdengar suara dari belakang... 
"bang... bang, yang pakai baju oranye, celana loreng-loreng, rambut hitam, kulit juga, berkumis tipis, dan berjenggot, tinggi kira-kira 170 cm, ukuran sepatu 42, ukuran baju L, ukuran celana 31,5...." gila' aja, ini manggil apa nyensus sih... 
sadar yang dipanggil itu 100% ciri-ciri saya, saya pun menoleh kearah sumber suara, terlihat seekor lembu sedang mengerlipkan matanya plus melambai-lambai gitu... busyet ini lembu apa siluman (kaget yg pertama), busyet lagi... ini lembu KW pula'... (kaget yg kedua), busyet... ini lembu bisa ngomong... (kaget yg ketiga), busyet... (kaget yg berikutnya mengalami sensor lokal karena tidak lulus...)

sedetik kemudian, saya menghampiri tuh sapi, yang kadang-kadang juga dipanggil lembu...
ternyata saya diajak kepojokan oleh tuh lembu, katanya dia mau curhat gitu... ya sudahlah sebagai calon dokter hewan yang baik saya pun mendengarkan curhatan tuh sapi dengan khidmat...

(sebagai laporan kisah ini terjadi di Mabar...)
sapi: bro, what's your name?
saya:(busyet ini sapi bule'), iya, my name zul, you can call me "z"
sapi: ok..ok... i see, iki loh zul, aku ini onok unek-unek seng aku ceritain karo kue loh zul...
saya: "busyet ini sapi bule apaan..." yo wes, ceritain wae lah, aku siap dengerin...
sapi: aku mau protes zul, protes, sepertinya dewasa ini kami dan perayaan kurban ini hanya dijadikan ritual, sebatas ritual zul, terkadang juga mendekati kampanye... tidak lagi berdasarkan nilai-nilai kesungguhan ibadah... coba deh, kamu perhatikan tuh orang-orang yang ngulitin tuh sapi, celana pendek sepaha, tidak menutup aurat, plus tatto di tangan kanannya, apakah itu benar menurut kamu zul, hah... kemudian untuk ranah yang lebih luas, tingkat nasional, tiap tahun kurban, namun tiap tahun juga meningkat kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme, bisa jadi tahun lalu mereka memberi kurban, hari ini mereka tergeletak di penjara, aneh bukan... aneh... kami hanya dijadikan tumbal ritual mereka, saya mau protes zul, protes...
zul: ok pi, oh iya tadi siapa nama kamu?
sapi: antonio bandrek-an....
zul: (busyet ini sapi impor dari meksiko apa dari solo...), ok pi, bukan maksud saya mau merubah jokowi jadi jokowow gitu, tetapi saya juga bukan orang-orang yang memegang kebijakan, namun, percayalah suatu hari nanti, protes kamu ini akan saya sampaikan ke khalayak ramai, agar mereka, kami, dan kita semua benar-benar mengikuti nilai-nilai berkurban tersebut... bukan karena embel-embel apapun, atau judul-judul apapun... murni... kurban yang murni karena Allah, SWT, ok bro, percayalah... percayalah... kalau kata Lman, Trust me It works...

akhirnya, hari itu sang antonio bandre'an juga mengalami nasib yang sama, diperlakukan tanpa nilai-nilai animal welfare, dikulitin oleh algojo bertatto... miris..
yah, paling tidak tuh sapi sempat menyampaikan protesnya, hari ini saya sampaikan ke khalayak ramai... terlepas cerita ini benar atau tidak... ini hanyalah sebuah cerita, dan tingkat fiksinitasnya tergantung pandangan penulis dan pembaca... 

asyik... akhirnya saya bisa buat ending yang berkelas gitu... kelas bulu, itu pun bulu burung prit... hehe... tetep ngasal...






Read More..